Sabtu, 12 Mei 2012

Pemain Unggulan Dominasi Semifinal
MANADO — Dari semua pemain unggulan dalam kompetisi bulu tangkis tingkat SD dan SMP, MILO School Competition 2012, di GOR Arie Lasut Manado, hanya unggulan tunggal putra kategori SMP, Zakaria Sumantri dari SMP 6 Tondano, yang gagal melaju ke babak semifinal pada Jumat (11/5/2012).

''Awalnya, kami memprediksi semua pemain unggulan akan lolos ke babak semifinal. Tapi, ternyata meleset karena seorang pemain non-unggulan tunggal putra kategori SMP, Schwarz dari SMP Kristen Seretan, berhasil lolos ke delapan besar. Kita lihat saja apakah dia mampu lolos sampai ke babak final,'' ujar Octavianus Salaci, wasit pertandingan, yang akrab dipanggil Kiki.

Para atlet unggulan yang mendominasi babak semifinal adalah di nomor tunggal putra dan putri kategori SD serta tunggal putri kategori SMP.

Peta kekuatan mudah dibaca karena pemain unggulan memang sering ikut dalam kompetisi di Manado sehingga mereka lebih menguasai lapangan, kata Kiki.

Rata-rata pemain memiliki teknik yang bagus dan sudah mengetahui kekuatan lawannya. "Ini yang akan membuat babak semifinal semakin ketat dan pertandingan akan berlangsung seru," tambahnya.

Pemain unggulan yang dinilai berpeluang juara adalah Dicky Wahyudi dari SDN 86 Manado dan Andre Gerad Mathew Tilaar dari SD Advent Lowu Ratahan, Clief Christopher Bambi dari SMP Kristen Rurukan, Freinel Sompi dari SMPN 2 Kauditan, Winny Kandou dari SMPN 8 Manado, dan Trivena Selain Doong dari SMP Advent Tukala.

"Prestasi bulu tangkis Sulawesi Utara cukup bagus, apalagi sejak adanya MILO School Competition 2009 di Manado, mulai banyak kemajuan yang dicapai. Anak-anak yang gemar bulu tangkis semakin banyak, dari sisi kualitas bermain juga semakin bagus,'' papar Kiki.

"Ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah peserta MILO School Competition 2012 di Manado, semula ditarget 500 anak membeludak hingga 800 dan terpaksa dibatasi 611 peserta."

''Kami memang tidak berani muluk-muluk soal peluang bertanding bagi juara Manado tahun ini di Jakarta nantinya, tetapi kami bisa berharap mereka minimal bisa masuk sampai babak semifinal seperti tahun 2009. Kami sadar jumlah kompetisi di sini tidak sebanyak di Jawa. Ini tentu saja berimbas pada jam terbang bertanding anak-anak dan kemampuan melihat strategi bermain atlet dari Jawa,'' pungkas Kiki.